Empat orang lagi nongkrong, satu dari Amerika, satu dari Cina, satu dari Rusia, dan satunya dari Indonesia, lagi pamer kehebatan demokrasi negara masing-masing.
Meski seperti awal cerita lawakan, sayangnya ini serius, walau kenyataan kadang lebih ajaib dari lawakan.
Si Amerika bilang "Negara saya paling demokratis. Kami bebas bicara, bebas bersenjata, bebas mengejar kenikmatan dunia." sambil menunjukan senapan Rambonya
Dia lanjutkan "Sudah banyak negara kami ajari demokrasi, buat yang gak nurut, pesawat siluman kami siap menghujani dengan freedom bomb, kalau perlu, bom atom. Kami mengawasi kalian semua seperti elang", sesumbarnya.
Bukannya kagum, Si Rusia malah tertawa terbahak-bahak, dan Si Cina hanya tersenyum karena sopan. Si Indonesia sibuk main HP takut ketinggalan tiktok viral kekinian.
Si Rusia jawab "Amriki, apa yang bebas di negaramu? Kritik Israel masuk penjara! Senjata bebas, justru dipake nembak masal di sekolah. Kebebasan ngumbar syahwat LGBTQ++ dipake merusak moral orang lain?", cemooh si Ruski.
Lanjutnya, "Pilihan kalian cuma dua partai, keduanya gak mutu dan keduanya dikendalikan secara legal oleh lobby Israel. Dua partai itu sama aja, rakyat kalian dikibulin."
"Bahkan banyak pemilu kalian, yang dipilih terbanyak gak menang, diakalin pake Gerrymandering dan Electoral College."
Si Rusia, terus membanggakan, "Kami lebih demokratis dari kalian. Meski media kalian fitnah seolah Putin diktator, Kenyataannya dia dipilih lebih dari 70% rakyat."
Sambil berdiri tegak menepuk dada, "Jangan ganggu beruang Rusia, kalian gak akan menang. Kalau terancam kalah, kami punya Nuklir terbanyak"
Melihat Si Rusia mulai emosi, Si Cina bicara ke Si Rusia, "Udah percuma ngadepin Murika. Toh nyerang pake tangan Ukraine melempem, padahal udah turun semua senjata dan uang ratusan milyar dolar tetep gagal kan? Kami juga di ganggu terus, dasar tukang recok. Propaganda Uyghur, Tibet, Falun Gong, ngomporin Hong Kong, ngorbanin Taiwan, semua gak ngefek. Elang Ompong."
Dengan dingin Si Cina melanjutkan, "Kami paling males nyombong. Kami sudah ada ribuan tahun sebelum kalian, lebih berbudaya."
"Kalau Amerika sibuk bikin kesan GDP nya tinggi, pake nyetak duit terus, kami justru pura-pura negara berkembang. Kalau dilihat produktivitas nasional dan daya beli sih sebenernya ekonomi kami juara"
Lanjut si Cina, "Kalau kalian ngerti, sebenernya kami sangat demokratis, pimpinan kami dipilih politbiro dan politbiro kami dipilih partai komunis dan partai komunis kami sampai ke grassroot. Kalau patokannya keterwakilan rakyat, sebenernya kami juga juaranya."
"Gweilo, budaya kalian mungkin gak nyampe buat ngerti kami, tapi jangan ngawur. Inget, diem gak berarti culun loh! Hati-hati amarah Naga! Ekonomi dan Produktivitas kami juara. Teknologi dan Militer segera nyusul. Nuklir juga loh!"
Si Indonesia, meski lagi sibuk ngejar tiktok live sale, terpaksa ikut ngobrol. "Ini kalian nuklar nuklir daritadi apaan sih? Udah pada gila apa?", Si Indonesia dengan politik bebas aktifnya coba nenangin.
"Diem lu anak bawang!", bentak mereka, "Ngurus database aja gak becus, aparat penegakan hukum korup semua, Loh Kok Curcol?!"
"Maap Bang", lanjut Si Indonesia, "Biar gimanapun di kami demokrasi jalan. Partai banyak, lewat dagang sapi bikin koalisi yang beragam, jadi rakyat punya pilihan. Mau milih pengasong agama boleh. Mau yang galak pake asam sulfat juga boleh. Mau milih penjilat tukang bercitra silahkan aja."
Si Indonesia lanjutin, "Sebagus atau sejelek apapun calon kami. Tetep rakyat bersuara. Dikibulin janji kampanye wajar lah. Ketua KPU nya selingkuh kanan kiri terserahlah. Proses MK nya diragukan ya silahkan teriak. Intinya rakyat sudah melihat dan sudah bersuara.", Si Indonesia tarik nafas karena susah keliatan bijak begini, "Di kami, Vox Populi Vox Dei berlaku, kami negara percaya Tuhan, meski kadang aparat nya suka gak takut neraka. Curcol lagi?!"
"Di Indonesia partai paling berkuasa, Partai Netijen, biar beli pulsa cuma harian, punya pusat data nasional pake Windows, ora urus uang sekolah dipake judi online, terpaksa pinjol. Kalau Netijen udah viral, aparat, pengusaha, menteri, artis bahkan presiden pun ampun-ampun."
Ya begitulah. Masih lumayan kok, esensi demokrasi kan suara rakyat. Meski gak yakin pemilihan langsung gini sesuai Pancasila, yang mestinya permusyawaratan perwakilan.
Kalau gak kebanyakan cekcok dan ngeluh, kita maju kok. Dan kami, Gen X yang sudah ditatar P4 mestinya siap jaga.
Selama gak perang saudara kita aman. Asalkan itu tiga abang-abang gak senggolan nuklir ya.
Berbanggalah, Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi Nan Jaya.